Minggu, 30 September 2012

Jumbo Setelah Dipingit


Jambu air berwarna merah cerah, mulus, sebesar bola tenis. Mau?

Pangling nian melihat dalhari di stan Dinas Pertanian Provinsi Yogyakarta di pameran Pekan Flori dan Flora Nasional (PF2N) 2012, Medan, Sumatera Utara, pada medio Juni 2012 itu. Bentuk jambu air memang mirip segitiga sama sisi bersudut tumpul dan gemuk dengan warna merah tua cerah ciri khas dalhari. Hanya saja sosoknya lebih besar dan mulus.

Bobot per buah rata-rata 125 gram. Lima tahun silam varietas unggul nasional yang dirilis pada 2004 itu berbobot kurang dari 100 g per buah. Sosok dalhari yang kian ciamik itu membawa Trubus ke Dusun Krasakan, Desa Jogotirto, Kecamatan Brebah, Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta, sentra penanaman dalhari.

Plastik pingitan
Misran, pekebun yang juga ketua Asosiasi Jambu Air Dalhari Sembada, menuturkan penampilan buah mulus berwarna merah cerah dan bongsor itu karena perawatan intensif. “Kami melakukan pembungkusan bunga dan seleksi buah sejak dini,” kata pekebun dalhari sejak 6 tahun silam itu. Pemberongsongan dilakukan sejak ada 1-3 bunga mekar dalam satu dompol hingga buah panen.

Dengan diberongsong buah bebas dari serangan lalat buah penyebab busuk, pun kerusakan mekanis akibat disantap hewan pemakan buah, seperti kalelawar dan tupai. Menurut Kepala Bagian Kebun Produksi dan Penelitian Taman Wisata Mekarsari (TWM), Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ir AF Margianasari, buah dengan kulit lunak seperti jambu air memang rentan terkena serangan lalat buah. “Serangan lalat buah pada jambu air bisa mengurangi produksi sampai 80%,” katanya.



Pembungkusan sejak muncul bunga cukup efektif mencegah serangan lalat buah. Buktinya di Dusun Krasakan kerusakan buah akibat serangan Dacus pedetris dapat ditekan hingga 90%. Menurut Riris-sapaan Margianasari-proses “pingitan” sejak bunga tidak mengganggu polinasi untuk membentuk buah. Sebab penyerbukan masih dapat terjadi antarbunga dalam satu dompol.

Misran membrongsong setiap dompol bunga dengan plastik bening ukuran 1 kilogram. “Dengan plastik bening lebih mudah mengamati perkembangan bunga dan buah. Bandingkan jika menggunakan plastik warna hitam sehingga perkembangan bunga dan buah tidak terlihat,” katanya.

Riris menambahkan, warna hitam menyerap panas yang lebih banyak sehingga membuat suhu dan kelembapan di dalam kantong pembungkus sangat tinggi. “Kondisi itu kurang baik untuk fisiologi buah. Buah lebih cepat matang padahal ukutannya belum optimal," kata alumnus Institut Pertanian Bogor itu. Risiko, buah busuk karena serangan cendawan.

Untuk mencegah kelembapan tinggi, buat lubang pada kantong pembungkus sebagai jalur sirkulasi udara.

Seleksi buah

Untuk mendapatkan buah berukuran jumbo, Misran melakukan seleksi buah. Sebab pembungkusan tanpa penjarangan menyebabkan kualitas dan produksi buah rendah.

Seleksi dilakukan saat buah pentil. Biasanya buah terbentuk 30-35 hari setelah pembungkusan bunga. Saat buah masih pentil itulah waktu tepat untuk menjarangkan. Dari 8-12 buah dalam satu dompol Misran mempertahankan 4-6 buah saja. “Buah yang dipertahankan bentuknya bagus, tidak terdapat bercak-bercak hitam, dan ukurannya lebih besar dibandingkan buah lain dalam satu dompol,” kata ayah dua anak itu.

Penjarangan membuat aliran karbohidrat hasil fotosintesis dari daun melalui cabang dan batang lebih terfokus pada beberapa buah saja. Buah lebih banyak mendapat pasokan karbohidrat sehingga ukuran pun lebih besar.

Pada musim panen 2011, dari tujuh pohon berumur 10-12 tahun Misran menuai 3,5-7 kuintal buah per panen. Dalam setahun pekebun di Dusun Krasakan bisa 3 kali panen, yaitu setiap dua bulan pada Mei-Oktober. Artinya total panen per tahun mencapai 10,5-28 kuintal.

Dari jumlah itu, sebanyak 10% masuk dalam kelas super. Kriteria kelas itu untuk ukuran kurang dari 8 buah/kg rata-rata mencapai 5-6 buah/kg. Itu berarti bobot rata-rata 150 g per buah. Lainnya masuk kelas A (8-10 buah/kg) sebanyak 50%; kelas B (11-15 buah/kg), 25%; dan kelas C (>15  buah/kg), 15%.

Bandingkan ketika Misran belum melakukan seleksi dan pemberongsongan. “Hasil panen tidak ada yang masuk kelas super,” tuturnya. Maklum warna buah merah pucat, bentuk tidak sempurna, dan permukaan bergerinjul. Di dalam daging buah kerap ditemukan larva lalat buah. Dari total panen 1,2 kuintal pada 2008 misalnya, sebanyak 35% masuk kelas A (isi 8-10 buah/ kg), kelas B (50%), dan C (15%).

Akibatnya harga jual anjlok hanya Rp2.000 per kg. Omzetnya hanya Rp240.000 per panen. Setelah melakukan seleksi dan pemberongsongan buah diikuti dengan sortir, harga buah tanaman anggota famili Myrtaceae itu melonjak. Harga kelas super Rp15.000 per kg, kelas A (Rp12.000), kelas B (Rp10.000), dan C (Rp8.000 per kg). Artinya, sekali panen Misran memperoleh omzet minimal Rp3.920.000 dari 7 pohon.

Pupuk optimal

Untuk memperoleh panen maksimal ia memupuk pohon 2 kali setahun, yaitu menjelang akhir musim hujan pada Maret-April dan September-Oktober. Dosis pemupukan disesuaikan dengan umur tanaman. Untuk pohon berumur 3 tahun, Misran memberikan 40-60 kg kompos dan 0,5 kg NPK. Dosis pupuk NPK naik 50 gram setiap umur pohon bertambah satu tahun.

Pupuk ditabur ke dalam parit kecil mengelilingi batang dengan jarak sesuai kanopi pohon sedalam 40-50 cm. Selanjutnya tutup dengan tanah. Penyiraman dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore. Misran juga rutin memangkas cabang tidak produktif. Pemangkasan mempertahankan tinggi tanaman, membentuk tajuk agar memudahkan pemeliharaan dan pemanenan buah, juga merangsang pembungaan dan memotong siklus organisme pengganggu tanaman. Dengan perawatan intensif, dalhari pun bikin pangling. (Muhamad Khais Prayoga)


Keterangan Foto :
Misran, ketua Asosiasi Jambu Air Dalhari Sembada, pembungkusan membuat penampilan buah mulus dan terhindar dari lalat buah

Bobot rata-rata 125 gram per buah. Rasanya manis sedikit asam dan kandungan air mencapai 86,5%

copas dari web trubusonlinecoid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar