Minggu, 30 September 2012

serba jumbo berkat urine ternak


Buah naga berbobot 1 kg dan rasanya manis berkat pupuk urine dan kotoran kambing.

Sebanyak 600 tiang pancang berbaris rapi di kebun seluas 1 ha, dari total lahan 2,5 ha di Desa Pasirbentik, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Masing-masing tiang terdiri dari 4 tanaman buah naga kuning berdaging putih Selenicereus megalanthus, buah naga merah berdaging putih Hylocereus undatus, atau buah naga daging merah alias superred H. costaricensis. Dari setiap tanaman menjuntai 10-20 sulur. Setiap sulur hanya memamerkan 2-3 buah.

Sulaksono Tedjo Pawoko, empunya kebun, memang sengaja menyeleksi buah. Dari 5 bunga yang menjadi buah, hanya 3 buah dipertahankan. Alhasil, mayoritas buah berukuran besar. Buah naga kuning, misalnya, minimal 50% dari total buah berbobot 200-270 g per buah. Lazimnya sekitar 180 gram. Sementara naga merah berdaging putih dan merah masing-masing minimal berbobot 600 g dan 400 g. Ukuran buah kedua genus Hylocereus itu maksimal 1 kg.



Selain bongsor, rasa buah pun manis. Buah naga daging putih dan merah misalnya, berkadar kemanisan 13o briks. “Rasa manisnya hingga daging buah bagian dalam. Padahal, biasanya buah naga berdaging putih rasanya langu dan kurang manis,” kata Utami Kartika Putri, redaktur senior Trubus saat mencicip si putih. Si kulit kuning bahkan lebih manis dengan kadar kemanisan mencapai 17o briks.

Sejak mekar
Ukuran jumbo dan rasa manis itu berkat seleksi buah dan pemupukan menggunakan urine kambing. “Biasanya dalam satu sulur hanya dipertahankan 3 buah dengan jarak antarbuah 25 cm,” kata Tedjo yang bekerja di perusahaan data komunikasi di Jakarta Selatan itu. Dengan begitu nutrisi tidak banyak terbagi-bagi sehingga buah tumbuh maksimal.

Pupuk urine kambing diberikan sejak tanaman berbunga hingga buah panen. Caranya dengan menyiramkan 0,5 liter urine kambing hasil fermentasi selama 3 hari secara merata ke tanah di sekitar tanaman. Frekuensi pemberian setiap 2 minggu. Tedjo mengaplikasikan pemberian urine kambing dari pengalaman pekebun buah naga lain. “Pemberian urine kambing membuat rasa buah jadi lebih manis, makanya saya coba. Ternyata hasilnya sangat memuaskan,” ujar pria berusia 57 tahun itu.

Penelitian Adi Prawoto dan Gatut Supriadji dari Pusat Penelitian Perkebunan Jember menunjukkan urine ternak pemakan rumput kaya hormon auksin dan giberelin. Kadar auksin dalam urine ternak 162-783 ppm, sementara kandungan giberelin 0-938 ppm tergantung jenis pakan.

“Auksin dalam urine ternak seperti sapi dan kambing berperan memacu pertumbuhan tunas tanaman dan turut mempengaruhi pertumbuhan buah,” kata Ir Yos Sutiyoso, pakar pertanian di Jakarta. Ir Edhi Sandra MS, ahli fisiologi tanaman dari Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) menuturkan urine ternak seperti sapi dan kambing mengandung asam amino tinggi, asam organik lain, dan energi.

Pupuk organik
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman, setiap bulan Tedjo membenamkan 2 ember volume 5 liter pupuk organik berupa campuran pupuk kandang sapi dan kambing per tiang pancang. Pupuk serupa juga diberikan pada awal tanam dengan dosis sama. Pada awal tanam, alumnus jurusan Akuntansi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, itu juga memberikan pupuk kimia berupa kalium nitrat sebanyak 1 sendok teh per pancang.

Menurut Yos selain hormon, urine dan pupuk kandang ternak juga mengandung 1,6% nitrogen, 0,625% fosfor, dan 1,2%  kalium. Jumlahnya memang lebih sedikit bila dibandingkan dengan pupuk kimia, misalnya NPK 15:15:15. Itu sebabnya untuk mendapatkan hasil optimal, diperlukan penambahan unsur hara seperti boron (membantu proses pembelahan sel), magnesium (kandungan utama klorofil), serta kalium (promotor fisiologi tanaman).

Yos menuturkan kandungan nitrogen dalam pupuk kandang biasanya berupa amonium (NH4). Sifat amonium senang membawa air sehingga membentuk sel raksasa dengan kandungan air tinggi di jaringan tanaman. “Otomatis ukuran buah menjadi besar, tetapi rasa manis berkurang,” ujar alumnus IPB itu.

Sinar matahari
Di kebun Tedjo buah naga tetap manis meski berukuran jumbo. Yos menduga, di kebun Tedjo proses fotosintesis berlangsung optimal karena tanaman mendapat sinar matahari penuh. Selain itu tanah kaya fosfor. Fosfor berperan dalam menangkap sinar matahari untuk diubah menjadi gula dalam proses fotosintesis. “Laju fotosintesis yang tinggi turut mempengaruhi laju pembentukan gula pada buah sehingga rasa buah menjadi manis,” ujar Yos.


Tedjo panen raya buah naga kuning pada Desember 2011-Februari 2012 sebanyak 364 kg buah dari 800 tanaman. Sebanyak 60% berukuran besar: bobot di atas 200 g. Dengan sosok besar dan rasa manis, buah Selenicereus megalanthus itu diterima langsung masuk ke 2 toko buah di Jakarta Selatan. Buah itu dibanderol Rp198.000 per kg di tingkat konsumen. Buah naga daging merah, Rp40.000 per kg.

Pengiriman setiap minggu minimal sebanyak 15 kg buah naga kuning dan 100 kg buah naga merah. Pemasaran lain melalui dunia maya. Itu pun biasanya langsung ludes dalam 2 hari setelah penawaran. Dengan ukuran jumbo dan rasa manis siapa tak mau buah naga dari kebun Tedjo. (Tri Istianingsih)


Auksin pada pupuk kandang memacu pertumbuhan buah naga  menjadi besar
S Tedjo Pawoko mengebunkan buah naga dengan sistem organik secara terpadu

artikel copas dari trubusonlinecoid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar