Rabu, 26 Desember 2012

Mangga baru:Ngapengya, koniyom, dan iwen



Ukuran mangga iwen meraksasa, seukuran dua kepalan tangan orang dewasa. Bobot rata-rata 1,2 kg per buadengan bobot manalagi atau arumanis yang rata-rata 3,5 ons per buah. Tampilannya juga seronok, perpaduan antara hijau dan semburat merah kekuningan. Rasa mangga asal Taiwan itu manis. Tingkat kemanisan iwen mencapai 20o briks.


“Selain berbuah jumbo dan berwarna cantik, rasanya juga manis. Daging buah lembut dan tidak berserat,” kata dr Kerry Ramlan Kartosen SpOG yang menanam sembilan pohon mangga iwen di Kejayan, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur, pada 2008. Pohon-pohon mangga iwen berjarak tanam 3-6 meter dan berjajar rapi dengan tinggi rata-rata 2,5 meter. Pada setiap pohon itu bergelayut 4-6 buah Mangifera indica.










Bibit cangkokan
Kerry memperoleh bibit iwen setinggi 50 cm dari Pusat Studi dan Pengembangan Agrobisnis Hortikultura (PUSPA) di Lebo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Menurut Ir Slamet, anggota staf PUSPA, pohon induk iwen di kebun PUSPA berasal dari Misi Teknik Taiwan saat masih mengelola kebun buah seluas 4 ha di Desa Tumapel, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.

Pada 2008 kebun Misi Teknik Taiwan pindah dari Mojokerto ke Jawa Tengah. Hingga kini pohon induk iwen masih hidup di Mojokerto. “Saat ini umur pohon sekitar 10-12 tahun, tinggi 4-5 m. Di sana tumbuh 10 pohon,” tutur Slamet. PUSPA yang memiliki 10 pohon memperbanyak iwen pada 2008. Perbanyakan vegetatif dengan cangkok itu menghasilkan 25-50 bibit per pohon.

Bibit-bibit itu sebagian besar beredar di kalangan kolektor tanaman buah di Jawa Timur seperti di Surabaya, Malang, dan Mojokerto. Salah satunya Kerry yang membudidayakan iwen pada empat tahun silam. Dokter alumnus Universitas Airlangga itu menanamnya dalam lubang tanam berukuran 60 cm x 60 cm x 50 cm, dengan jarak tanam 6 m x 6 m. Ia membenamkan campuran 30 kg pupuk kandang dan 30 kg tanah sebelum penanaman.

Setiap 6 bulan ayah 4 anak itu rutin memberikan 200 g pupuk phonska per tanaman. Dua tahun setelah tanam iwen mulai berbuah. Tanaman anggota famili Anacardiaceae itu berbuah pada September-November. Dokter spesialis obstetri ginekologi itu memanen 12-20 buah per tanaman dalam sekali panen. Sebuah pohon menghasilkan 200 buah per tahun. Saat matang warna buah berubah dari hijau menjadi kuning kemerahan.

Bukan yuwen

Dengan berbagai keistimewaan itu, pantas bila Slamet berencana menambah populasi iwen di kebun milik PUSPA di Gresik, Jawa Timur. “Pada tahap awal iwen akan ditanam di lahan 2.500 m2 untuk produksi buah,” kata Slamet. Mendengar nama mangga iwen mengingatkan kita pada yuwen yang juga bersosok jumbo. Yuwen mangga asal Taiwan lebih dahulu sohor di kalangan kolektor tanaman buah.

Meski kedua mangga besar itu sama-sama dari Taiwan, ciri-ciri iwen berbeda dengan yuwen. “Daun iwen cenderung lebih lebar dan lebih panjang dibandingkan daun yuwen,” kata Ir Slamet. Lebar daun iwen sekitar 10-15 cm, panjang 25-30 cm. Sementara lebar daun yuwen hanya 8-12 cm dan panjang 18 cm. Sosok tanaman juga berbeda. “Tajuk iwen seperti manalagi, lebih rapi ketimbang yuwen,” tutur Slamet. Keistimewaan lain iwen lebih tahan penyakit busuk akar yang selama ini kerap menyerang beberapa varietas mangga.

Selain iwen, dr Kerry juga mengoleksi mangga lain yang tak kalah istimewa, yakni koniyom. Ia memperoleh mangga itu dari rekannya di Thailand pada 2008. Ketika itu ia hanya memperoleh dua bibit hasil okulasi berumur 4 bulan dan setinggi 1 meter. Menurut Kerry, mangga koniyom di kebunnya dua kali berbuah. Mangga introduksi itu berbuah pertama kali pada 2011 ketika berumur 2 tahun.

Kerry memanen 15 mangga koniyom berbobot rata-rata 800-900 g per buah. Meski berukuran lebih kecil, rasa koniyom tak kalah lezat. Saat diukur menggunakan refraktometer, tingkat kemanisan daging buah koniyom mencapai 20o briks. Sayangnya, daging buah koniyom agak berserat.

Nun di Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Jawa Timur, dr Hendrarko, juga mengoleksi mangga baru, yakni ngapengya. Ia memperoleh bibit mangga itu saat berkunjung ke Negeri Siam. Ia menanam sebuah bibit hasil sambung susu setinggi 0,5 m pada 2009. Dua tahun berselang, mangga ngapengya berbuah perdana. Hendrarko memetik 4-5 buah berukuran jumbo. Bobot rata-rata ngapengya 1,25 kg per buah.

Rasanya juga top. “Manis, daging buah lembut, dan tidak berserat,” kata Hendrarko. Ngapengya, koniyom, dan iwen menjadi pendatang baru yang mencuri perhatian para kolektor buah karena bersosok raksasa dan manis pula. Namun, para kolektor mesti bersabar jika hendak menanam karena ketersediaan bibit masih terbatas. “Mungkin setahun lagi baru bisa memperoleh bibitnya,” ujar Hendrarko. (Bondan Setyawan)
warning: artikel ini cuma copy paste dari web trub*s online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar