Rabu, 26 Desember 2012

Sawo Mentimun asal Thailand

Buah Achras zapota di kebun milik Eddy Soesanto itu sungguh mengundang perhatian. “Buahnya lonjong seperti mentimun,” kata penangkar buah di Parung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lazimnya bentuk buah tanaman anggota famili Sapotaceae itu bulat atau oval.

Tak hanya berpenampilan unik, cita rasa sawo itu enak. “Rasanya seperti sawo manila,” tutur Eddy. Pantas pemilik nurseri Tebuwulung itu senang dengan koleksi sawonya. Sebatang bibit sawo hasil cangkokan setinggi 40 cm berumur 6 bulan Eddy boyong pada 2009 dari Narin Watana Anurak, pekebun buah di Desa Kondangjaya, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Satu setengah tahun kemudian bibit yang didapat Eddy saat berukuran batang sebesar telunjuk orang dewasa mulai berbuah.


Asal Thailand
Sawo unik itu Narin bawa dari negara asal, Thailand, pada sekitar 1990-an. Sayang, penangkar bibit dan pekebun buah asal Negeri Gajah Putih itu lupa jumlah dan kondisi bibit yang ia datangkan. Seingat Narin, sawo berbuah unik itu banyak ditanam di Bangkok dan daerah sekitar Bangkok, seperti di Sukhumvit. “Saya belum pernah menemukan sawo yang bentuknya seperti mentimun itu di Indonesia,” tutur Narin.

Menurut Narin di Negeri Siam, terdapat dua jenis sawo, yakni yang menghasilkan buah berbentuk bulat atau oval dan buah berbentuk lonjong. Noris Ledesma, kurator Tropical Fruit, menulis di laman Fairchild Tropical Botanic Garden. Menurut Noris di Florida, Amerika Serikat, tumbuh dua jenis sawo hasil introduksi asal Thailand.

Salah satunya kultivar makok yang buahnya digambarkan berbentuk panjang dan runcing-mirip dengan karakter buah sawo mentimun. Tanaman makok disukai karena pendek dan kompak sehingga cocok ditanam di halaman rumah yang sempit. Buahnya disebut-sebut sebagai sawo dengan rasa terbaik, bertekstur lembut, beraroma “manis”, dengan hanya satu biji kecil per buah. Buah matang pada Mei-November. Kultivar lain bernama alano dengan bentuk buah oval, bercita rasa manis, dengan tekstur daging buah seperti pir. Musim berbuahnya pada November-Juni.

Bukan hanya soal beda bentuk yang membuat Narin mengintroduksi tanaman kerabat mamey sapote Pouteria sapota itu. Sawo mentimun unggul dalam kualitas buah. Menurut Narin, salah satu keistimewaan sawo mentimun adalah segi tekstur daging buah yang renyah. “Waktu matang, buahnya tidak lembek seperti sawo lainnya,” tuturnya. Tingkat kemanisannya mencapai 150 briks. Buah matang pun bertekstur keras, tapi tidak bergetah. Ciku unik itu pun berbuah tanpa mengenal musim berbuah. Saat ditanam di Indonesia, tanaman beradaptasi dengan baik.

Buah matang tahan simpan hingga 4 hari. Lazimnya buah sawo lokal hanya mampu bertahan segar selama 3 hari. Setelah itu daging buah cenderung melembek dan berair. Kondisi itu yang menyebabkan sulit menemukan sawo berkualitas baik di pasar swalayan maupun pasar tradisional di tanahair. Dari hasil penelusuran Trubus sawo lokal yang memiliki daya simpan panjang di antaranya sawo apel kapas asal Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Sawo yang ketika matang teksturnya keras seperti apel dan ketika daging buah dibelah terlihat berwarna putih di bagian tengah itu daya simpannya hingga seminggu. (baca: Sawo Sumedang Tahan Seminggu, Trubus edisi Juli 2001 hal 44).

Di kebun Narin di Klari kini ada dua pohon induk setinggi 3 m. Dari kedua induk itu Narin memperbanyak tanaman dengan cara cangkok dan okulasi.

Adaptif

Nun di Kandangan, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur, Welly Siswanto, juga mengoleksi sawo unik itu. Penangkar buah itu memboyong dua bibit hasil okulasi setinggi 40 cm berumur 3 bulan dari kota Bangna, sekitar 45 menit dari Bangkok, Thailand, pada 2009.

Setelah tiba di tanahair Welly menanam kedua bibit di dalam pot dengan media tanam berupa pupuk kandang kambing, sekam mentah, dan tanah humus dengan perbandingan 1:1:2. Setiap bulan Welly menaburkan masing-masing satu genggaman tangan orang dewasa pupuk NPK dan KNO3 ke media tanam. Empat bulan pascarawat, sawo mulai berbunga yang muncul terus-menerus. Welly menambahkan dosis masing-masing pupuk menjadi dua genggam.

Dua bulan berselang, bunga bersalin menjadi buah. Pada kali pertama setiap tanaman menghasilkan 3 buah berbentuk lonjong dengan panjang 12 cm dan bobot rata-rata 150 g per buah. Tiga bulan kemudian Welly kembali menuai buah sebanyak 6-7 buah. Bobot rata-rata 170 g per buah dengan panjang 14 cm. Tiga bulan berikutnya, lagi-lagi kolektor buah sejak 20 tahun silam itu menuai buah. Kali ini jumlahnya mencapai 20 buah dengan bobot rata-rata 200 g dan panjang 16 cm. Bobot buah pascapanen ketiga relatif stabil. Kini saat tanaman berumur 4 tahun produktivitasnya mencapai 90 buah per tahun.

Tanaman sapodila itu terbukti adaptif tumbuh di dataran rendah hingga menengah. Eddy dan Welly menanam sawo mentimun di dataran berketinggian sekitar 125 m. Nun di Tlogomas, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, sawo introduksi dari Negeri Gajah Putih itu juga tumbuh baik di kebun milik Hervin Sasono. Hervin mendapatkan bibitnya dari penangkar di Kota Batu, Provinsi Jawa Timur, berupa bibit asal sambung susu setinggi 50-60 cm dan berbuah 5 bulan kemudian.

Dengan berbagai keunggulan itu sawo unik berbuah manis layak jadi koleksi. Para hobiis yang kepincut ingin memiliki sebaiknya membeli bibit pada penangkar yang terpercaya. Sebab menurut Eddy bibit sawo mentimun sulit dibedakan dengan sawo lain yang berbuah bulat atau oval. (Bondan Setyawan)

1 komentar: